Tahun Yubileum adalah kesempatan rekonsiliasi. Kita diingatkan untuk semakin dekat dengan Allah yang menjadi sumber dan tujuan hidup kita. Kita juga diingatkan bahwa hidup ini adalah sebuah peziarahan menuju kepada Allah. Dalam peziarahan, pasti ada Namanya jatuh bangun. Tidak penting berapa kalipun kita jatuh, dalam jumlah itu pula kita perlu bangkit untuk meneruskan perjalanan. Seperti Yesus yang jatuh dalam Jalan Salib-Nya, kita diajak untuk bangkit dalam setiap kejatuhan kita.

Dalam peziarahan, pasti ada perjumpaan dengan peziarah lain. Kita perlu percaya bahwa di setiap perjalanan hidup kita, Allah pasti memberikan dan menyediakan orang-orang baik untuk kita. Mereka adalah rahmat Allah sendiri bagi peziarahan kita. Merekalah wujud dari Allah yang menyertai, menemani, membimbing, dan mendukung kita dalam perjalanan. Sama seperti dalam Jalan Salib Tuhan. Yesus bertemu dengan berbagai orang baik yang hadir dalam jalan sengsara-Nya.
Dalam peziarahan, pasti juga ada berbagai perasaan dan pengalaman di setiap lika-liku perjalanan. Setiap pengalaman memiliki maknanya masing-masing. Allah menyediakan pengalaman beserta perasaan-perasaan yang mewarnainya, agar kita dapat bertumbuh dalam iman kepada-Nya. Iman bukanlah sesuatu yang stagnan, tapi terus menerus berkembang sesuai dengan pergulatan pribadi dan rahmat Allah yang memberi kekuatan di dalamnya.
Dalam peziarahan, pasti juga ada harapan untuk sampai kepada tujuan yang dinantikan. Kita semua menuju kepada Allah yang memberikan hidup dan segala sesuatu yang mewarnainya. Kita dapat bertahan, karena kita memiliki tujuan. Bersama Allah, kita memiliki alasan untuk tidak menyerah dan terus berziarah. Kerahiman Allah memampukan kita untuk bangkit, sehingga setiap pengalaman yang kita alami harus selalu dipenuhi dengan sebuah harapan.
Semua itu menjadi warna yang indah untuk mengisi lembaran perjalanan yang indah. Berbagai jatuh bangun dan pengalaman yang mewarnainya memiliki harapan. Kita memiliki harapan karena Allah adalah Maharahim. Kerahiman Allah sungguh nyata bagi kita yang bersedia bangkit dan terus kembali kepada-Nya.
Sebagai bagian dari umat beriman, kita perlu mewujudkan perutusan untuk menjadi teman peziarahan bagi umat yang lain. Menjadi teman peziarahan adalah tugas mulia untuk menumbuhkan harapan bagi mereka yang sepertinya tanpa harapan. Kita semua perlu menampilkan wajah kerahiman Allah bagi setiap orang yang kita jumpai. Kita juga perlu mengusahakan pelayanan yang penuh semangat bagi mereka yang membutuhkan. Dengan begitu, kita bisa memiliki perasaan yang sama dengan Allah yang selalu ingin mencari dan menyelamatkan yang hilang.